Review Jurnal: Supply chain re-engineering using blockchain technology: A case of smart contract based tracking process

Dengan adanya proses otomatisasi, proses bisnis telah diubah dari operasi manual ke dalam proses elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Munculnya kerangka bernama blockchain telah memungkinkan transparansi transaksi dan transaksi peer-to-peer (P2P). Dengan penerapan ini, operasi bisnis akan lebih terpercaya, terkoordinasi, dan otomatis tanpa perantara. Saat ini, walaupun proses bisnis dapat beroperasi dengan baik dengan mekanisme terpusat yang mengatur aktivitas internal, masih ada permintaan transparansi dalam prosesnya. Misalnya pelacakan waktu nyata dalam suppy chain dan pemantauan performa. Disintermediasi dari proses supply chain dapat meningkatkan efisiensi keseluruhan seperti transfer kepemilikan ataupun pergantian status.

Blockchain dan Smart Contract

Teknologi blockchain terdiri dari sistem inti bitcoin, sebuah mata uang digital pada jaringan P2P tanpa melibatkan pihak ke tiga. Teknologi blockchain memungkinkan pelacakan real-time dari aktivitas supply chain. Blockchain juga dapat meningkatkan efisiensi, sekuritas, dan privasi. 

Smart contract adalah kode komputer yang mengoperasikan platform blockchain untuk mengeksekusi surat persetujuan. Smart contracts, melayani sebagai mesin pernyataan, dapat melacak perubahan status proses dari supplier, manufacturer, penyedia jasa logistik, distributor, dan consumer secara tepat waktu. Terlebih lagi, kontrak ini dapat diprogram untuk mengaktifkan permulaan dari proses selanjutnya, seperti transaksi pembayaran. Smart contract adalah salah satu elemen paling penting dalam mendesain dan mengaplikasikan blockchain. Dalam hal ini, smart contract tergabung dalam blockchain yang biasanya dapat mengotomatisasi transfer dari berbagai tipe kepemilikan aset, properti, dan nilai. 

BPR dalam Supply Chain

BPR mengarah pada “berpikir ulang dan mendesain ulang secara radikal terhadap proses bisnis untuk mencapai peningkatan pesat dari performa, seperti biaya, kualitas, servis, dan kecepatan”. BPR adalah aspek penting untuk mempertimbangkan ketika mengimplementasikan teknologi baru (seperti cloud services) dengan perubahan signifikan dalam cara organisasi mengeksekusi operasi rutin. Dalam BPR berbasis blockchain, catatan dari on-chain dan off-chain saling beroperasi dengan tuntutannya satu sama lain. Blockchain dapat berfungsi sebagai konektor untuk transfer data diantara sistem on-chain dan off-chain untuk mencapai berbagi informasi. Dengan mengadopsi konsep ini, skema kerja on-chain dan off-chain terintegrasi dan mengarah kepada operasi bisnis yang lebih fleksibel, efisien, dan efektif.


Proses Pelacakan Berdasarkan Blockchain



Dengan evolusi dari supply chain global, terdapat beberapa pemeran dalam supply chain. Tipe proses supply chain menampilkan aliran informasi, benda, dan uang. Supply chain melacak perumusan tulang punggung dari seluruh mekanisme dan merepresentasikan logika bisnis di belakang setiap proses. Untuk mengetahui pengetahuan lebih lanjut mengenai partisipasi tiap pihak dalam supply chain, terdapat model sederhana untuk menjelaskan hubungannya pada gambar berikut. Untuk mencegah perselisihan dalam bisnis, dilakukan proses penggabungan teknologi blockchain dan proses praktik. Hal ini membuat sistem blockchain mencapai level efisiensi yang lebih baik untuk logistik dan operasi cash flow. Dengan desain yang terintegrasi ini, partisipan supply chain dapat menghemat biaya yang berkaitan dengan operasi manual untuk konfirmasi dari ketelusuran sebaik sistem pembagian informasi mahal yang mapan, seperti EDI dan sistem ERP. 


Desain ulang proses pelacakan


Dari sebuah perspektif makro, pelacakan supply chain berfokus pada respon dinamis dari aktivitas bisnis dari memesan ke pembayaran. Smart contract digunakan oleh partisipan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain. Terlebih lagi, mereka menyediakan notifikasi pengiriman dari pembaruan paling baru mengenai status proses. Framework yang diajukan mengimplementasikan enam jenis kontrak yang tertanam pada tiga jurusan proses supply chain yang ditampilkan berikut:
1. Kontrak supplier, logistik, dan pembeli dalam proses transaksi.
2. Kontrak pembayaran dalam proses pembayaran.
3. Kontrak penelusuran kueri dan operator kueri dari database eksternal dalam proses akses data.

Rekayasa proses dalam permintaan


Dalam model, setiap kontrak mengatur status variabelnya sendiri, dan status perubahan yang lainnya harus terjadi, ini mengirim informasi yang relevan pada setiap klien yang telah mendaftar untuk acara dalam kontrak spesifik. Setiap kontrak menyediakan variabel status pembaruannya sendiri.

Evaluasi dari kerangka yang diajukan dalam hal operasi bisnis

Sejak sistem blockchain menambah nilai mengakses ID pemesanan yang sama yang ada dalam sistem tersebut, sebuah metode paralel dapat digunakan untuk membandingkan performa diantara sistem saat ini dengan yang berbasis blockchain. Dengan mengatur poin kontrol untuk proses dari penempatan pesanan menuju ke pembayaran, berbagai faktor penting dalam berbagai poin kontrol dapat digunakan untuk menginspeksi keuntungan dan kerugian dalam mengajukan sistem blockchain. 

Faktor yang digunakan untuk menginspeksi keuntungan dan kerugian dari sistem blockchain:
- Kemampuan penelusuran.
- Penyimpanan data.
- Privasi.
- Pengurangan biaya.
- Likuiditas uang.
- Derajat otomatisasi. 
- Proses supply chain. 

Kecenderungan untuk aplikasi bisnis untuk mengadopsi teknologi blockchain dan smart contract telah muncul dalam aplikasi dalam perusahaan yang berbeda, seperti rekaman media, pelacakan logistik supply chain, proses simplifikasi asuransi, dan berbagi ekonomi. Di masa depan, aplikasi blockchain dalam berbagai sektor dapat diintegrasikan untuk memfasilitasi komunitas atau ekosistem otomatis. Untuk contoh, SCM dapat tergabung dengan sektor layanan kesehatan dan asuransi untuk merancang sistem kesehatan massal yang terintegrasi. Smart contract menjalankan platform blockchain dapat digunakan untuk melacak permintaan, persediaan, status logistik, dokumentasi medis, dan klaim asuransi, dalam proses servis persediaan yang lebih efisien.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ringkasan Jurnal: Mitigating service-oriented attacks using context-based trust for smart cities

Ringkasan Jurnal: OCEAN: A multi agent system dedicated to knowledge management